Jumat, 20 Maret 2015

sejarah benteng marlborough bengkulu

Benteng Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi - Kota Bengkulu. Benteng Marlborough ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu. Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.


Konstruksi bangunan benteng Benteng Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang ‘megah’ dan ‘mapan’. Bentuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh ‘kura-kura’ sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan. Detail-detail bangunan yang European Taste menanamkan kesan keberadaan bangsa yang besar dan berjaya pada masa itu. Dari berbagai peninggalan Benteng Marlborough yang masih terdapat di dalam bangunan benteng dapat pula diketahui bahwa pada masanya bangunan ini juga berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan termasuk perkantoran, bahkan penjara.

Berbagai catatan sejarah pernah terjadi di Benteng Marlborough ini, diantaranya tentang berbagai kejadian dalam kehidupan bangsa Inggris di Bengkulu saat itu, beberapa pesta perkawinan diantara mereka, berbagai kisah perniagaan rempah-rempah, peperangan-peperangan yang terjadi, hingga kisah gugurnya Hamilton, gugurnya Thomas Parr dan penundukan / penguasaan benteng ini selama lebih kurang enam bulan oleh perlawanan Tobo Bengkulu dengan Rajo Lelo-nya.

Dalam usia yang sudah mencapai tiga abad, nilai Benteng Marlborough ini tentu lebih dari sekedar bangunan bersejarah yang berada di Bumi Bengkulu ini. Tetapi Benteng Marlborough juga merupakan ‘prasasti’ yang mengisahkan tentang jalinan interaksi dua bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Inggris dan bangsa Melayu Bengkulu’. Benteng Marlborough bagaikan ‘permata sejarah’ yang menyatukan kenangan manis dari dua bangsa yang berbeda dalam sebuah untaian kalung ‘kehormatan peradaban’-nya masing-masing. Benteng Marlborough adalah situs yang tiada boleh dilewatkan ketika wisatawan mengunjungi Bengkulu. 

Pada tahun 1807 Thomas Parr terbunuh bersama asisten pribadinnya Kapten Charles Murray.  Pada tahun 1825 benteng Fort Malborough berhasil direbut kembali oleh Inggris yang dipimpin oleh Thomas Rafles. Tentara Inggris yang berjaga di Fort Malborough berjumlah 90 orang.  Setelah itu, pada tanggal 29 Juni 1825 Inggris membuat perjanjian pertukaran daerah jajahan oleh belanda yang isinnya menukar Bengkulu dengan Singapura. Perjanjian itu dinamakan Raftap Of London.


Kegunaan benteng Fort Malborough bagi Inggris :

1.     Pertahanan

2.     Perlindungan

3.     Pusat perdagangan


Mulai saat itu (tahun 1825-1942) Belanda menduduki Bengkulu dan membuat sebuah kantor perdagangan rempah-rempah (ladah, cengkeh, kopi, palah) yang bernama VOC (East India Company) pada tahun 1883. Pada tahun 1938 Soekarna diintrogasi di benteng Fort Malborough. Pada tahun 1942 Belanda pergi karena Eropa dikuasai oleh Jerman (NAZI).


Pada tahun 1950-1983 benteng dikuasai oleh kodim tentara Republik Indonesia. Saat itu benteng digunakan sebagai tempat tahanan sel peristiwa G30SPKI (PKI). Pada tahun 1984 benteng diambil alih oleh Diknas. Pada tahun 1994 benteng diambil alih oleh dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu.

 

Map data ©2013 Tele Atlas

Map data ©2013 Tele Atlas

KISAHNYA :

          Benteng Marlborough (Fort Marlborough)  adalah peninggalan sejarah yang ada di kota Bengkulu. Benteng terletak di pusat kota di daerah yang disebut Kampung. Namanya  memang Kampung, tetapi lokasinya  dekat rumah dinas Gubernur yang megah dan beberapa lokasi  yang terkenal dengan pertokoan dan wisata kuliner serta  wisata pantai Tapak Paderi. 

Marlborough adalah sebutan dan nama resminya, tetapi masyarakat setempat menyebutnya Malabro,  (kabarnya Malioboro berasal dari kata Marlborough juga, benarkah?). Nama benteng ini menggunakan nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of Marlborough I.

Benteng dibangun oleh usaha dagang dari  Inggris, East Indian Company  awal abad 18 (1713 – 1719).  Gubernurnya pada waktu itu bernama Joseph Callet. Bangunan benteng  menyerupai kura-kura ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 44.100 meter persegi dan menghadap ke arah selatan.

Pemerintahan kolonial Inggris menguasai Propinsi Bengkulu selama lebih kurang 140 tahun (1685 – 1825). Sehingga benteng ini pun masih memiliki bentuk yang sesuai dengan desain asli bangunan abad ke-17. Bentuk benteng ini mirip dengan gambaran benteng di film-film barat yang dikelilingi parit dan ada jembatannya, terletak di pinggir laut.
.

Pada awalnya benteng ini untuk kepentingan militer, tetapi kemudian berfungsi juga untuk perdagangan  dan pengawasan jalur perdagangan yang melewati Selat Sunda.

Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles pada 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal. (Bunga bangkai, Rafflesia arnoldi,  mengambil nama dari Raffless yang sekarang menjadi lambang propinsi Bengkulu).  Pada 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.

Benteng inipun pernah dipakai sebagai tempat penahanan Bung Karno.

Di sini juga  dipakai sebagai tempat tinggal petinggi militer Inggris, sehingga mirip kota kecil, terlihat dari catatan yang tertinggal yang masih tersimpan  terkait dengan perkawinan, pembaptisan dan kematian.

Pariwisata Kota Bengkulu Teguh A Roni mengatakan selama ini Benteng Marlborough tidak bis memasukkan pendapatan asli daerah karena retribusinya dipungut petugas perwakilan dari Jambi.

"Kita mengharapkan ke depan obyek wisata bersejarah itu dapat dikelola Pemkot Bengkulu sehingga pemeliharaannya dapat terjamin dan tidak seperti sekarang ini cukup memprihatinkan," katanya, Kamis (19/10/2011)

Benteng Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan tentara Inggris yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi-Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914-1719 di bawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin.

Semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu benteng Marlborough adalah benteng terbesar pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.

"Itu bangunan yang sangat bersejarah sekali sebab konstruksi bangunan benteng Fort Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang megah dan mapan tuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh kura-kura sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan," ujarnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bengkulu mengusulkan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar Benteng Marlborough dikelola oleh Pemerintah Kota Bengkulu sebagai obyek wisata budaya dan pendidikan.

Wali Kota Bengkulu Ahmad Kenedi mengatakan selama ini benteng peninggalan Inggris itu dikelola oleh Bidang Kepurbakalaan Provinsi Jambi sehingga pemerintah Kota Bengkulu kesulitan melakukan berbagai kegiatan di tempat itu.

"Saya sudah mengirim surat permintaan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar pengelolaan benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara itu ke depan dikelola Pemkot Bengkulu," katanya.

Akibat pengelolaan masih dipegang kepurbakalaan di Provinsi Jambi upaya revitalisasi, pemugaran, perbaikan, pendapatan asli daerah (PAD) dan promosi wisata tidak dapat dilakukan secara maksimal. Padahal letak museum tersebut berada di Kota Bengkulu.

"Kita mau berbuat tapi tidak bisa apa-apa dan merasa janggal bentengnya ada di Kota Bengkulu tetapi pengelolaan penuh di Provinsi Jambi, kita tampaknya hanya menjadi penonton saja," tambah Wali Kota.

Bila pengelolaan Benteng Inggris itu dipercayakan ke Pemkot Bengkulu, manfaatnya bisa dirasakan baik sebagai obyek wisata budaya maupun pendidikan. Di samping itu, lanjut Kenedi, pihaknya bisa mengganggarkan APBD untuk pemeliharaannya.


A.Sejarahnya

     Benteng Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi - Kota Bengkulu. Benteng Marlborough ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914 – 1719 dibawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu. Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.

     Konstruksi bangunan benteng Benteng Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang ‘megah’ dan ‘mapan’. Bentuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh ‘kura-kura’ sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan. Detail-detail bangunan yang European Taste menanamkan kesan keberadaan bangsa yang besar dan berjaya pada masa itu. Dari berbagai peninggalan Benteng Marlborough yang masih terdapat di dalam bangunan benteng dapat pula diketahui bahwa pada masanya bangunan ini juga berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan termasuk perkantoran, bahkan penjara.

     Berbagai catatan sejarah pernah terjadi di Benteng Marlborough ini, diantaranya tentang berbagai kejadian dalam kehidupan bangsa Inggris di Bengkulu saat itu, beberapa pesta perkawinan diantara mereka, berbagai kisah perniagaan rempah-rempah, peperangan-peperangan yang terjadi, hingga kisah gugurnya Hamilton, gugurnya Thomas Parr dan penundukan / penguasaan benteng ini selama lebih kurang enam bulan oleh perlawanan Tobo Bengkulu dengan Rajo Lelo-nya.

     Dalam usia yang sudah mencapai tiga abad, nilai Benteng Marlborough ini tentu lebih dari sekedar bangunan bersejarah yang berada di Bumi Bengkulu ini. Tetapi Benteng Marlborough juga merupakan ‘prasasti’ yang mengisahkan tentang jalinan interaksi dua bangsa yang berbeda, yaitu bangsa Inggris dan bangsa Melayu Bengkulu’. Benteng Marlborough bagaikan ‘permata sejarah’ yang menyatukan kenangan manis dari dua bangsa yang berbeda dalam sebuah untaian kalung ‘kehormatan peradaban’-nya masing-masing. Benteng Marlborough adalah situs yang tiada boleh dilewatkan ketika wisatawan mengunjungi Bengkulu.

B.Riwayat Pelestarian
     Dalam upaya melestarikan dan melindungi bangunan benteng dari kemungkinan terjadinya kerusakan, pada tahun anggaran 1977/1978 sd. 1983/1984 dilakukan pemugaran oleh Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bengkulu. Pemugaran meliputi bagian kepala kura-kura, kaki kura-kura barat dan utara, jembatan (tiang dinding pengaman), pembuatan pintu dan jendela serta pertamanan. Pada tahun 1984 dilakukan peresmian purnapugar Benteng Marlborough oleh Direktur Jenderal Kebudayaan.

      Upaya pemeliharaan selanjutnya dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi Wilayah Kerja Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung bekerja sama dengan Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bengkulu. Meliputi penunjukan juru pelihara pada tahun 1994, penataan kembali pertamanan benteng pada tahun 1992, konservasi meriam benteng pada tahun 1997 dan pengangkatan Satuan Pengamanan (SATPAM) tahun 1998.

      Selain itu untuk menunjang terlaksananya pelestarian bangunan dan lingkungannya dengan  lebih maksimal juga dilakukan pemintakatan situs dan evaluasi kondisi keterawatan pasca pemugaran oleh Bagian Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Bengkulu pada tahun 1997/1998. Pemugaran selanjutnya dilakukan oleh Proyek Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jambi dari tahun anggaran 2002 sd. 2004.

c. Keistimewaan

Keistimewaan Benteng Marlborough terletak pada struktur bangunannya yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat lengkap. Benteng yang berbentuk segi empat ini memiliki bastion (gedung jaga) di keempat sudutnya. Untuk memasuki bangunan induk di dalam benteng ini, pengunjung harus melewati pintu masuk utama berbentuk lengkung sempurna yang terletak di sisi barat daya. Namun, sebelum sampai di bangunan induk, pengunjung harus melewati jembatan terlebih dahulu yang menghubungkan antara pintu masuk dengan bangunan induk karena benteng ini dikelilingi oleh parit yang bentuknya mengikuti bentuk bangunan benteng. Di sebuah lorong sebelum memasuki jembatan, pengunjung dapat menjumpai 4 buah nisan, 2 di antaranya merupakan peninggalan di masa Ben­teng York (benteng yang dibangun Inggris sebelum Benteng Marlborough). Pada nisan-nisan tersebut tertera nama George Shaw (1704), Richard Watts Esq (1705), James Cune (1737), dan Henry Stirling (1774).

Bastion-bastion yang terdapat di keempat sudut Benteng Marlborough berbentuk segi lima. Bastion-bastion tersebut dikelillingi oleh tembok yang dilengkapi dengan celah intai yang berbentuk segitiga. Pada bastion bagian selatan, pengunjung dapat menjumpai sisa rel meriam yang berbentuk lingkaran. Sedangkan pada bastion di bagian selatan dan timur menempel 8 buah cincin besi yang masing-masing berjarak satu meter.

Pada setiap bastion di Benteng Marlborough rata-rata memiliki dua kamar. Kamar-kamar tersebut memiliki langit-langit yang berbentuk lengkung dan dilengkapi dengan lubang berdiameter 80 cm yang menembus sampai bagian atas bastion. Kamar-kamar di dalam bastion ini dulu digunakan sebagai penjara bagi tahanan-tahanan pemerintah Inggris.

Selain bastion-bastion tersebut, di dalam Benteng Marlbo­rough juga terdapat beberapa bangunan lainnya, terletak di antara bastion utara dan timur, di antara bastion selatan dan barat, dan di antara bastion selatan dan timur. Bangunan yang terdapat di antara bastion utara dan timur berbetuk persegi panjang, terbagi menjadi dua bangunan, yaitu di sebelah kiri dan di sebelah kanan, yang dipisahkan oleh sebuah lorong yang menghubungkan dengan pintu belakang benteng. Bangunan di sebelah kiri terdiri dari 3 ruangan, se­dangkan bangunan di sebelah kanan terdiri dari 4 ruangan. Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan jendela-jendela yang berbentuk persegi pan­jang.

Bangunan yang terletak di antara bastion selatan dan barat juga berbentuk persegi panjang, memiliki dua ruangan, tetapi lorong yang memisahkannya menghubungkan bangunan dengan pintu gerbang utama. Bangunan sebelah kiri terdiri dari 3 ruangan, sedangkan bangunan sebelah kanan memiliki 7 ruangan. Ruangan-ruangan pada bangunan ini dilengkapi dengan jendela yang berbentuk lengkung.

Berbeda dengan bentuk bangunan-bangunan lainnya, bangunan yang terletak di antara bastion timur dan selatan berbentuk persegi panjang dan hanya memiliki 1 ruangan, namun ukurannya paling panjang bila dibandingkan dengan ruangan-ruangan di bangunan lainnya. Ruangan ini dilengkapi dengan pintu dan jendela yang bentuknya melengkung. Ruangan ini tidak dilengkapi dengan atap, hanya berupa lantai yang diberi tegel berglasir coklat. Namun, ruangan ini adalah satu-satunya ruangan yang memiliki sumur. Dinding sumur berdiameter satu meter ini terbuat terbuat dari batu bata dengan pola ikat dinding Inggris.

Pada zaman dahulu, benteng ini juga memiliki terowongan bawah tanah yang berfungsi sebagai penghubung keluar. Di antaranya adalah terowongan bawah tanah yang menuju ke Pantai Panjang, Tapak Padri, dan Gedung Daerah (Istana Gubernur). Tetapi karena tidak terpelihara, terowongan-terowongan tersebut akhirnya menjadi tertutup dengan sendirinya. Oleh Pemerintah Propinsi Bengkulu, terowongan-terowongan bawah tanah ini rencananya akan difungsikan seperti semula, sehingga keisitimewaan Benteng Marlborough menjadi kian lengkap.

 

d.Penutup
       Keberadaan Benteng Marlborough sebagai benda cagar budaa harus tetap dipertahankan karena mengingat peranannya di masa lalu. Pada masa lalu benteng ini merupakan salah satu bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain itu benteng dan kawasan lingkungan pemukiman yang melingkupinya menunjukkan adanya ciri arsitektur yang khas. Kekhasan ini tampak dari gaya arsitektur bangunan yang memperlihatkan suatu ciri kawasan kota yang pernah mendapatkan pengaruh beragam, yaitu mulai dari pengaruh Inggris, Belanda, dan Jepang serta masa perjuangan kemerdekaan. Dengan adanya ciri khas ini, maka benteng Marlborough menjadi salah satu aset wisata budaya andalan bagi Propinsi Bengkulu.

        

10 komentar: